Selasa, 27 Desember 2016

Respons Orang Tua Terhadap Konflik dengan Remaja


Respons pertama yang diekspresikan oleh orang tua dirumah ketika menghadapi konflik dengan anak adalah marah. Kemarahan orang tua dikenali anak melalui nada bicara yang tinggi, membentak-bentak, bahkan ada pula yang memberikan hukuman fisik kepada anak seperti menjewer, mencetot, mencubit, memukul dengan sapu, menyabet dengan ikat pinggang dan memukul dengan tangan. Sikap yang ditunjukkan remaja sebagai tanggapan terhadap kemarahan orang tua beragam bentuknya antara lain langsung pergi, membantah kemudian pergi, masuk kamar dan mengunci pintunya kemudian tidur, merasa sakit hati pada orang tua dan menanggapi kemarahan orang tua dengan membantah, pergi bermain bersama teman dan ketika pulang dimarahi kembali oleh orang tua.
Setelah orang tua mengekspresikan kemarahannya pada remaja, langkah selanjutnya yang terjadi adalah oramg tua memberikan nasihat pada remaja dalam situasi tersebut atau pada saat remaja melakukan kesalahan. Pada umumnya keluarga juga memberitahu dan meminta remaja berjanji untuk tidak mengulangi lagi perilaku nya. Ketika orang tua menyampaikan nasihatnya, anak bersika diam dan mendengarkan. Kelompok remaja yang memiliki problem dalam relasi dengan orang tua cenderung merasa jengkel dan sakit hati karena dimarahi orang tua. Bagi mereka, bila orang tua marah berarti orang tua tidak menyayanginya dan melukai mereka.
Pada kelompok remaha yang tidak mengalami problem dalam relasi dengan orsng tua menyatakan dapat menerima kemarahan orang tuanya apabila mereka melakukan kesalahan. Remaja dalam kelompok ini memaknai sikap marah orang tua sebagai perwujudan dan perhatian dan kasih sayang orang tua tidak memberikan reaksi apapun dianggap sebagai kurang memerhatikan mereka. Kemarahan orang tua dimaknai sebagai hal yang wajar karena mereka memang salah. Apabila remaja merasa tidak bersalah, namun disalahkan orang tua, mereka berupaya membela diri dengan menyampaikan penjelasan mengapa mereka berprilaku tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa konflik orang tua-anak merupakan hal yang wajar terdapat dalam interaksi anak dengan orang tua dalam keluarga. Yang menjadi penting diperhatikan adalah bagaimana cara dan sikap orang tua dan anak menghadapi konflik tersebyt untuk mencari jalan keluar nya. Ketika terjadi konflik orang tua dengan anak, kedekatan orang tua dengan anak memengaruhi pemaknaan anak terhadap konflik. Remaha yang mempunyai hubungan yang baik dengan orang tua memaknai konflik secara positif, sementara remaja yang memiliki problem dalam hubungan dengan orang tua memaknai konflik secara negatif.



[1] Lestari Sri. 2012. Psikologi Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Tidak ada komentar:

Posting Komentar