1.
Model pengembangan kurikulum tidak dapat
lepas dari berbagai aspek yang memengaruhi, seperti cara berpikir, sistem nilai
(nilai moral, keagamaan, politik, budaya dan sosial, proses pengembangan,
kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan.
Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka
mendesain, menerapkan dan mengevaluasi suatu kurikum. Dalam pengembangan kurikulum dapat diidentifikasi
berdasarkan basis apa yang akan dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti
alternatif yang menekankan pada kebutuhan mata pelajaran, peserta didik,
kebutuhan penguasaan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat atau
permasalahan sosial. Agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik, pengembang
kurikulum semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum. Yang
dimaksud dengan model pengembangan kurikulum yaitu langkah atau prosedur
sistematis dalam proses penyusunan suatu kurikulum.
a. Model
Ralph Tyler
Model
pengembangan kurikulum yang dikemukakan Tyler (1949) diajukan berdasarkan
beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah-langkah dalam pengembangan
kurikulum. Oleh karena itu, menurut Tyler ada empat tahap yang harus dilakukan
dalam pengembangan kurikulum, yang meliputi:
1) menentukan
tujuan pendidikan
2) menentukan
proses pembelajaran yang harus dilakukan
3) menentukan
organisasi pengalaman belajar
4) menentukan
evaluasi pembelajaran
b. Model
Administrasi
Pengembangan
model kurikulum ini juga disebut dengan istilah dari atas kebawah (top down)
atau staf lini (line-staff procedure), artinya pengembangan kurikulum ini ide
awal dan pelaksanaan nya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat
keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Kurikulum ini
merupakan kurikulum yang bentuknya seragam dan bersifat sentralistik, sehingga
kurang sesuai jika diterapkan dalam dunia pendidikan yang menganut asas
desentralisasi. Selain itu, kurikulum ini kurang tanggap terhadap perubahan
nyata yang dihadapi para pelaksana kurikulum dilapangan. Perubahan lebih
cenderung dilakukan berdasarkan pola pikir pihak atasan (birokrat) pendidikan.
c. Model
Grass Roots
Pengembangan
kurikulum model ini kebalikan dari model administratif. Model pengembangan
kurikulum ini dimulai dari arus bawah, dalam prosesnya pengembangan kurikulum
ini diawali atau dimulai dari gagasan guru-guru sebagai pelaksana pendidikan
disekolah. Model grass roots ini lebih demokratis karena pengembangan dilakukan
oleh para pelaksana dilapangan, sehingga perbaikan dan peningkatan dapat
dimulai dari unit-unit terkecil dan spesifik menuju pada bagian-bagian yang
lebih besar.
d. Model
Demonstrasi
Model
pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (grass roots). Semula merupakan
suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya digunakan
dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat tantangan
atau ketidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu. Ada beberapa kebaikan dalam
model demonstrasi ini diantaranya: 1) kurikulum ini akan lebih nyata dan
praktis karena dihasilkan melalui proses yang telah diuji dan diteliti secara
ilmiah; 2) perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih
khusus kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak administrator, akan berbeda
dengan perubahan kurikulum yang sangat luas dan kompleks; 3) hakikat model
demonstrasi berskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen dan
pelaksanaan dilapangan; 4) model ini akan menggerakkan inisiatif, kreativitas
guru-guru serta memberdayakan sumber-sumber administrasi untuk memenuhi
kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan program yang baru.
e. Model
Miller-Seller
Model
pengembangan ini merupakan pengembangan kurikulum kombinasi dari model
transmisi (Gagne) dan model transaksi (Taba's & Robinson), dengan tahapan
pengembangan sebagai berikut :
1) klasifikasi
orientasi kurikulum
2) pengembangan
tujuan
3) identifikasi
model mengajar
4) implementasi
f. Model
Taba (Inverted Model)
Model
ini merupakan modifikasi dari model Tyler. Modifikasi tersebut penekanannya
terutama pada pemusatan perhatian guru. Taba memercayai bahwa guru merupakan
faktor utama dalam usaha pengembangan kurikulum. Dalam pengembangannya model
ini bersifat induktif, berbeda dengan model tradisional yang deduktif. Langkah
alangkah nya adalah sebagai berikut:
1) mengadakan
unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru
2) menguji
unit eksperimen
3) mengadakan
revisi dan konsolidasi
4) pengembangan
keseluruhan kerangka kurikulum
5) implementasi
dan desiminasi
g. Model
Beauchamp
Model
ini dikembangkan oleh George A. Beauchamp, seorang ahli kurikulum. Menurut
Beauchamp (1931), proses pengembangan kurikulum meliputi lima tahap, yaitu:
1)
menentukan wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum
2)
menetapkan personalia
3)
organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum
4)
implementasi kurikulum
5)
evaluasi kurikulum
[1]
Tim
Pengembang MKDP Kurikulum dan
pembelajaran, 2016. Kurikulum & Pembelajaran Ed. 3- cet. 5. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar