BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Konsep
pendidikan multikulturalisme di negara-negara yang menganut konsep demokratis
seperti Amerika sebenarnya bukan hal yang baru. Mereka telah melaksanakannya
khususnya dalam upaya menghilangkan diskriminasi antar kulit putih dan kulit
hitam.
Indonesia
adalah salah satu negeri multikultural. Kenyataan ini dapat dilihat dari
keragaman sosial, kelompok etnis, budaya, agama, aspirasi politik, dan
lain-lain. Keragaman ini diakui atau tidak akan dapat menimbulkan berbagai
persoalan. Oleh karena itu, pendidikan multikulturalisme berperan penting dalam
penyelesaian persoalan tersebut serta pembangunan di Indonesia. Hal ini
didasarkan pada beberapa alasan.
Alasan
yang pertama, bahwa secara alaminya manusia diciptakan Tuhan dalam
keanekaragaman. Setiap manusia memiliki keanekaragaman kebiasaan atau
kebudayaan, keanekaragaman pendapat, serta keanekaragaman sifat yang
mendasarkan setiap manusia itu berbeda.
Kedua,
banyaknya masalah yang berhubungan dengan SARA (Suku, agama dan ras). Banyaknya
masalah yang berhubungan dengan SARA dikarenakan kurangnya kesadaran,
pemahaman, konsep serta pendidikan multikulturalisme. Selain itu kebanyakan
masalah SARA disebabkan oleh kurangnya kemauan untuk menerima dan menghargai
perbedaan ide, pendapat, karya dan jerih payah orang lain. Oleh karena itu,
untuk mencegah dan meminimalkan masalah
tersebut perlu dikembangkan pendidikan multikulturalisme.
Ketiga,
pemahaman multikulturalisme merupakan kebutuhan bagi umat manusia terutama
untuk menghadapi tantangan global pada saat ini. Indonesia perlu mempersiapkan
diri untuk menghadapi arus globalisasi dan menyatukan bangsa agar munculnya
konflik antar manusia dapat dihindari.
Pemahaman
serta konsep multikulturalisme sebenarnya sudah muncul sejak negara Republik
Indonesia berdiri. Tapi pada realitas yang ada sekarang ini, konsep
multikulturalisme menjadi asing. Karena konsep multikulturalisme yang ada saat
ini belum terwujud dengan benar.
Konsep
multikulturalisme belum terwujud karena kesadaran tentang konsep tersebut
dipendam atas nama persatuan dan stabilitas negara yang kemudian memunculkan
paham mono-kulturalisme yang menjadi tekanan utama. Dan memaksakan pola yang
berkarakteristik “penyeragaman” dalam berbagai aspek. Contohnya penyeragaman
dalam satu kebudayaan.
Sebenarnya
konsep multikulturalisme menekankan keanekaragaman dalam kesederajatan.
Keanekaragaman dalam kesederajatan yang dimaksud seperti persamaan HAM, prinsip
etika dan moral, penegak hukum dan keadilan tanpa membedakan suatu ras.
Dalam
konteks ini pula, kita harus bersedia menerima kelompok lain secara sama
sebagai kesatuan tanpa mempedulikan perbedaan suku, bangsa, agama, budaya,
gender, bahasa, kebiasaan ataupun kedaerahan. Konsep multikulturalisme dapat
dijelaskan dan dipahami melalui pendidikan multikulturalisme. Pada dasarnya
pendidikan multikulturalisme dapat ditempuh melalui pendidikan formal dan
nonformal. Menurut Suparlan (2002 : 2), upaya membangun Indonesia yang
multikultural hanya mungkin dapat terwujud apabila:
1) Konsep
multikulturalisme menyebar luas dan dipahami pentingnya bagi bangsa Indonesia,
serta adanya keinginan bangsa Indonesia pada tingkat nasional ataupun lokal
untuk mengadopsi dan menjadi pedoman hidupnya;
2) Kesamaan
pemahaman diantara para ahli mengenai multikulturalisme dan bangunan
konsep-konsep yang mendukungnya;
3) Upaya-upaya
yang dapat dilakukan untuk dapat mewujudkan cita-cita ini.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
saja gagasan yang terdapat dalam pendidikan multikulturalisme?
2. Apa
perspektif tentang pendidikan multikulturalisme?
3. Apa
implementasi multikultikulturalisme di dalam dunia pendidikan?
4. Sebutkan
beberapa pendekatan didalam pendidikan multikulturalisme?
5. Subutkan
manfaat dari adanya pendidikan multikulturalisme?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa saja gagasan yang terdapat dalam pendidikan multikulturalisme
2. Untuk
memahami perspektif pendidikan multikulturalisme
3. Untuk
memahami implementasi multikulturalisme dalam dunia pendidikan
4. Untuk
mengetahui beberapa pendekatan dalam pendidikan multikulturalisme
5. Untuk
mengetahui apa saja manfaat dari adanya pendidikan multikulturalisme
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Gagasan Pendidikan
Multikulturalisme
Secara
etimologis multikulturalisme terdiri atas kata multi yang berarti plural, kultural
yang berarti kebudayaan dan isme yang
berarti aliran atau kepercayaan. Jadi, multikulturalisme secara sederhana
adalah paham atau aliran tentang budaya yang plural.
Multikulturalisme pada dasarnya adalah
pandangan dunia yang dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan
yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas dan
multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat
pula dipahami sebagai pandangan dunia yang diwujudkan dalam kesadaran politik
(Azyumardi Azra, 2007).
Menurut Parsudi Suparlan (2002) akar kata
multikulturalisme adalah kebudayaan, yaitu kebudayaan yang berfungsi sebagai
pedoman kehidupan manusia. Multikulturalisme adalah sebuah ideologi untuk
meningkatkan derajat manusia. Untuk dapat memahami berbagai konsep tentang
multikulturalisme, maka dibentuk lah pendidikan multikulturalisme.
Multikulturalisme
merupakan suatu ideologi dan sebuah alat untuk meningkatkan derajat manusia dan
kemanusiaannya. Untuk dapat memahami multikulturalisme diperlukan suatu landasan,
landasan tersebut adalah pendidikan.
Masyarakat multikulturalisme adalah
masyarakat yang terdiri dari berbagai kultur (banyak budaya), kultur (budaya),
dan isme (aliran atau paham). Jadi multikulturalisme adalah masyarakat dimana
setiap manusia secara individu diakui harkat dan martabatnya yang hidup dalam
komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing.
Sedangkan
kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan dan dikembangkan karena dan melalui
pendidikan. Contohnya dalam penggunaan bahasa dan contoh lainnya setiap
masyarakat mempunyai persamaan dan perbedaan dalam berpakaian.
Pendidikan merupakan suatu sistem dan
cara untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan juga merupakan suatu usaha sadar yang dibutuhkan untuk manusia demi
menunjang perannya dimasa depan. Pada posisi ini, pendidikan multikulturalisme
memegang peranan penting. Sebab pendidikan merupakan lapangan sentral dalam
upaya menerjemahkan serta mensosialisasikan gagasan multikulturalisme, sehingga
menjadi kenyataan pada prilaku.
Menurut Andersen dan Cusher (1994:320),
pendidikan multikulturalisme dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai
keragaman kebudayaan.
Pendidikan multikulturalisme adalah
proses penanaman cara hidup menghormati, tulus dan toleran terhadap
keanekaragaman budaya yang hidup ditengah masyarakat yang plural. Dengan
pendidikan multikulturalisme diharapkan adanya kelentural mental bangsa menghadapi
benturan konflik sosial, sehingga persatuan bangsa tidak mudah patah dan retak.
Pendidikan multikulturalisme yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran
yang dirancang untuk budaya dari ras yang berbeda dalam sistem pendidikan.
Pendekatan ini untuk mengajarkan dan belajar didasarkan pada pembangunan
konsensus, menghormati dan mendorong pluralisme budaya dalam masyarakat ras.
Pendidikan multikulturalisme mengakui dan menggabungkan keistimewaan ras
positif ke dalam atmosfer kelas. Sebenarnya pendidikan multikulturalisme
merupakan fenomena yang relatif baru didalam dunia pendidikan. Dapat dikatakan
sampai saat ini, bahwa wawasan pendidikan multikulturalisme di Indonesia masih
rendah. Sehingga sering terjadinya konflik dan benturan tentang ras karena kurangnya
pemahaman multikulturalisme.
Untuk itu dipandang sangat penting
memberikan porsi pendidikan multikulturalisme sebagai wacana baru dalam sistem
pendidikan Indonesia agar peserta didik memiliki kepekaan dalam mengahadapi
gejala-gejala dan masalah yang berakar pada suatu perbedaan. Pendidikan
multikulturalisme mengajarkan tentang konsep dasar multikulturalisme sebenarnya
konsep multikulturalisme menekankan keanekaragaman dalam kesederajatan.
Keanekaragaman dalam kesederajatan yang dimaksud seperti HAM, prinsip etika dan
moral, penegakan hukum dan keadilan pada setiap orang dari berbagai keragaman
sosial, kelompok etnis, budaya dan agama.
Dengan pendidikan multikultural peserta
didik mampu menerima perbedaan, kritik,
dan memiliki rasa empati serta toleransi pada sesama tanpa memandang
golongan, status, gender dan kemampuan akademis (Farida Hanum, 2005). Secara
operasional, pendidikan multikultural pada dasarnya adalah program pendidikan
yang menyediakan sumber belajar yang jamak bagi pembelajar (multiple learning environments) dan yang
sesuai dengan kebutuhan akademis ataupun sosial anak didik.
Menurut
James Banks (1994) menjelaskan bahwa pendidikan multikultural memiliki lima
dimensi yang saling berkaitan:
1) Content
Integration
Mengintegrasikan berbagai budaya dan
kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam
mata pelajaran atau disiplin ilmu.
2) The
Knowledge Construction Process
Membawa siswa untuk memahami implikasi
budaya ke dalam sebuah mata pelajaran (disiplin).
3) An
Equity Paedagogy
Menyesuaikan metode pengajaran dengan
cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang
beragam baik dari segi ras, budaya maupun sosial.
4) Prejudice
Reduction
Mengidentifikasi karakteristik ras siswa
dan menentukan metode pengajaran mereka.
B.
Perspektif Tentang
Pendidikan Multikulturalisme
Wacana multikulturalisme untuk konteks di
Indonesia menemukan momentum ketika sistem nasional yang otoriter-militeristik
tumbang sering dengan jatuhnya rezim Soeharto. Saat itu, negara menjadi kacau
balau dengan berbagai konflik antar suku, antar golongan, yang menimbulkan
keterkejutan dan kengerian pada anggota masyarakat.
Selain itu wacana tentang pendidikan
multikultural, secara sederhana pendidikan multikultural dapat didefenisikan
sebagai “pendidikan untuk/tentang keragaman kebudayaan dalam meresponi
perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan
dunia secara keseluruhan”.
Hal ini sejalan dengan pendapat Paulo
Freire, pendidikan bukan merupakan “menara gading” yang berusaha menjauhi
realitas sosial dan budaya. Pendidikan menurutnya, harus mampu menciptakan
tatanan masyarakat yang terdidik dan berpendidikan, bukan sebuah masyarakat
yang hanya mengagungkan prestise sosial sebagai akibat kekayaan dan kemakmuran
yang dialaminya.
Pendidikan multikultural merupakan respon
terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagai mana tuntutan
persamaan hak bagi setiap kelompok. Dalam dimensi lain, pendidikan
multikultural merupakan pengembangan kurikulum dan aktivitas pendidikan untuk
memasuki berbagai pandangan, sejarah, prestasi dan perhatian terhadap
orang-orang non Eropa (Hilliard, 1991-1992). Sedangkan secara luas pendidikan
multikultural itu mencakup seluruh siswa tanpa membeda-bedakan kelompoknya
seperti gender, etnik, ras, budaya, strata sosial dan agama.
Menurut Tilaar, pendidikan
multikulturalisme berawal dari berkembangnya gagasan dan kesadaran tentang
multikulturalisme. Ini terkait dengan perkembangan politik dan sosial.
Menurut Nieto, bahwa pendidikan
multikulturalisme bertujuan untuk sebuah pendidikan yang bersifat anti rasis
yang memperhatikan keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasara bagi warga
dunia.
Menurut Banks, mendeskripsikan pendidikan
multikulturalisme dalam 4 (empat) fase. Pertama,
ada upaya untuk mempersatukan kajian-kajian etnis pada setiap kurikulum. Kedua, hal ini diikuti oleh pendidikan
multietnis sebagai usaha untuk menerapkan persamaan pendidikan melalui
reformasi keseluruhan sistem pendidikan. Ketiga,
kelompok-kelompok marginal seperti perempuan, orang cacat, homo dan lesbian,
mulai menuntut perubahan-perubahan mendasar dalam fase pendidikan. Dan yang keempat, perkembangan teori, riset dan
praktik, perhatian pada hubungan antar ras, kelamin dan kelas telah
menghasilkan tujuan bersama bagi kebanyakan ahli teoretis, jika bukan praktisi
dari pendidikan multikulturalisme.
Meminjam
sistem klasifikasi Robinson (Nasikun, 2005), ada tiga perspektif
multikulturalisme dalam sistem pendidikan, yaitu :
a. Perspektif Cultural
Assimilation
Cultural assimilation merupakan model
transisi dalam sistem pendidikan yang menunjukan proses asimilasi anak atau
subyek didik dari berbagai kebudayaan atau masyarakat subnasional ke dalam
suatu “core society”.
b. Perspektif Cultural
Pluralism
Cultural pluralism merupakan suatu
sistem pendidikan yang menekankan pada pentingnya hak bagi semua kebudayaan dan
masyarakat subnasional untuk memelihara dan mempertahankan identitas kultural
masing-masing.
c. Perspektif “Cultural
Synthesis”
Cultural synthesis merupakan sintesis
dari perspektif asimilasionis dan plural yang menekankan pentingnya proses
terjadinya eklektesisme dan sintesis dalam diri anak atau subjek didik dan
masyarakat serta terjadinya perubahan dalam berbagai kebudayaan dan masyarakat
subnasional.
C.
Implementasi Dalam
Dunia Pendidikan
Dengan implementasi pendidikan yang
berawawasan multikulturalisme dapat membantu siswa mengerti, menerima,
menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya dan nilai kepribadian. Lewat
penanaman semangat multikulturalisme disekolah-sekolah akan menjadi media
pelatihan dan penyadaran bagi generasi muda untuk menerima perbedaan ras, etnis
dan kebutuhan diantara sesama dan mau hidup bersama secara damai.
Dalam
implementasinya, paradigma pendidikan multikultural dituntut untuk memegang
prinsip sebagai berikut :
Ø Pendidikan
multikultural harus menawarkan beragam kurikulum yang merepresentasikan
pandangan dan perspektif banyak orang.
Ø Pendidikan
multikulturalisme harus didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada penafsiran
tunggal terhadap kebenaran sejarah.
Ø Kurikulum
dicapai sesuai dengan penekanan analisis komparatif dengan sudut pandang
kebudayaan yang berbeda-beda.
Ø Pendidikan
multikulturalisme harus mendukung prinsip-prinsip pokok dalam memberantas
pandangan klise tentang ras, budaya dan agama.
Menurut
Farida Hanum (2000), implementasi pendidikan multikultural dapat disesuaikan
dengan jenjang pendidikan:
a) Implementasi
Pendekatan Konstribusi di Kelas
Pada
siswa TK dan SD kelas bawah (kelas I, II, III) implementasi pendidikan
multikultural dapat dilakukan dengan pendekatan konstribusi.
b) Implementasi
Pendidikan Aditif di Kelas
Siswa SD kelas atas dan SMP sudah mulai
mampu memahami makna maka pendekatan aditif tepat untuk diberikan.
c) Implementasi
Pendekatan Transformasi di Kelas
Pada
siswa sekolah lanjutan implementasi pendidikan multikultural dapat menggunakan
pendekatan transformasi. Siswa pada jenjang ini sudah mampu memiliki sudut
pandang, mereka mampu melihat konsep, isu, tema dan problem dari beberapa
perspektif dan sudut pandang etnis. Dalam dirinya telah tertanam nilai-nilai
budayanya. Jadi, mereka dapat berkompetisi, beradu argumentasi dan mulai berani
melihat susuatu dari perspektif yang berbeda. Dalam dialog dan argumen akan
terjadi interaksi yang saling memperkaya wawasan yang oleh Bank (1993) disebut
proses multiple acculturation. Dengan demikian, dapat tumbuh dan tercipta sikap
saling menghargai, kebersamaan dan cinta sesama yang didasarkan melalui
pengalaman belajar.
d) Implementasi
Pendekatan Aksi Sosial
Dalam
tahap aksi sosial, siswa telah diminta untuk menerapkan langsung tentang
konsep, isu atau masalah yang diberikan kepada mereka. Karena tujuan pengajaran
dalam pendekatan ini adalah mendidik siswa mampu melakukan kritik sosial,
mengambil keputusan dan melaksanakan rencana alternatif yang lebih baik.
Artinya, siswa tahu tentang permasalahan yang terjadi, menganalisis kelemahan
dan kekuatan yang ada, serta mampu memberikan alternatif pemecahan dengan
melakukan solusi pemecahannya. Aksi sosial ini tepat dilakukan diperguruan
tinggi, baik untuk kegiatan dikelas (proses pembelajaran) maupun didalam
organisasi kemahasiswaan.
Adapun
implementasi pendidikan multikultural pada satuan pendidikan dapat dilakukan
melalui :
1) Terintegrasi
dengan mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler
2) Kegiatan
pengembangan diri yang terprogram maupun
tidak terpogram
3) Kegiatan
muatan lokal
4) Pendidikan
berwawasan lingkungan
D.
Pendekatan Dalam Proses
Pendidikan Multikulturalisme
Ada beberapa pendekatan dalam proses
pendidikan multikulturalisme yang perlu diantisipasi, yaitu :
a) Pendidikan
sebagai “transmisi kebudayaan” yang dapat membebaskan pendidikan dan asumsi
bahwa tanggung jawab primer mengembangkan kompetensi kebudayaan di kalangan
anak didik semata-mata berada di tangan mereka. Tapi justru tanggung jawab
pihak lain yang terkait dengan pembelajaran informal diluar sekolah.
b) Menghindari
pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnik sebagaimana yang
terjadi selama ini. Secara tradisional para pendidik mengasosiasikan kebudayaan
hanya dengan kelompok sosial tertentu. Dalam konteks pendidikan
multikulturalisme, pendekatan ini diharapkan akan meningkatkan eksplorasi
pemahaman yang lebih besar mengenai kesamaan dan perbedaan di kalangan anak
didik dari berbagai kelompok etnik.
c) Karena
pengembangan kompetensi dalam suatu kebudayaan baru biasanya membutuhkan
interaksi inisiatif dengan orang-orang yang sudah memiliki kompetensi
d) Kemungkinan
bahwa pendidikan baik formal maupun nonformal akan meningkatkan kompetensi
dalam beberapa budaya.
Tujuan utama dari pendidikan
multikulturalisme adalah mengubah pendekatan pelajaran dan pembelajaran kearah
memberikan peluang yang sama pada setiap anak. Jadi, tidak ada yang dikorbankan
demi persatuan. Untuk itu, kelompok-kelompok harus damai, saling memahami,
mengakhiri perbedaan, tetapi tetap menekankan pada tujuan umum untuk mencapai
persatuan. Siswa ditanamkan pemikiran lateral, keanekaragaman dan keunikan itu
dihargai. Hal ini berarti harus ada perubahan sikap, prilaku dan nilai-nilai,
khususnya civitas akademik sekolah. Ketika siswa berada diantara sesamanya yang
berlatar belakang berbeda, mereka harus belajar satu sama lain, berinteraksi
dan berkomunikasi sehingga dapat menerima perbedaan diantara mereka sebagai
sesuatu yang memperkaya mereka. Perbedaan pada diri anak didik yang harus diakui dalam
pendidikan multikultural, antara lain mencakup penduduk minoritas etnis dan
ras, kelompok pemeluk agama, jenis kelamin, kondisi ekonomi, daerah/asal-usul,
ketidakmampuan fisik dan mental, kelompok umur, dan lain-lain (Baker, 1994:11).
Tujuan pendidikan multikultural adalah
untuk membantu siswa:
a)
Memahami latar belakang
diri dan kelompok dalam masyarakat
b)
Menghormati dan
mengapresiasi ke-bhinneka-an budaya dan sosio-historis etnik
c)
Menyelesaikan
sikap-sikap yang terlalu etnosentris dan penuh purbasangka
d)
Memahami faktor-faktor
sosial, ekonomi, psikologis, dan historis yang menyebabkan terjadinya
polarisasi etnik ketimpangan dan keterasingan etnik
e)
Meningkatkan kemampuan
menganalisis secara krisis masalah-masalah rutin dan isu melalui proses
demokratis melalui sebuah visi tentang masyarakat yang lebih baik, adil dan
bebas
f)
Mengembangkan jati diri
yang bermakna bagi semua orang
E. Manfaat Pendidikan Multikulturalisme
Pendidikan
multikultural merupakan sebuah proses dimana seseorang mengembangkan kompetensi
dalam beberapa sistem standar untuk mempersepsi, meyakini dan melakukan
tindakan. Beberapa manfaat yang diperoleh dari pendidikan multikultural menurut
Nasrudin, I (2010) sebagai berikut :
1) Penerapan
pendidikan multikultural sangat penting untuk meminimalisasi dan mencegah
terjadinya konflik dibeberapa daerah. Melalui pendidikan berbasis
multikultural, sikap dan pemikiran siswa akan lebih terbuka untuk memahami dan
menghaargai keberagaman.
2) Metodologi
dan strategi pembelajaran multikultural dengan menggunakan sarana audio visual
telah cukup menarik minat belajar anak serta sangat menyenangkan bagi siswa dan
guru. Karena, siswa secara sekaligus dapat mendengar, melihat dan melakukan
praktik selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini menjelaskan bahwa pembelajaran
multikultural sangat baik untuk diterapkan dalam rangka meningkatkan minat
belajar siswa yang lebih tinggi.
3) Seorang
guru dituntut untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu mengolah dan
menciptakan desain pembelajaran yang sesuai. Termasuk memberikan dan
membangkitkan motivasi belajar siswa, serta memperkenalkan dan mengembangkan
nilai-nilai dan sikap toleransi, solidaritas, empati, musyawarah dan egaliter
kepada sesama. Para siswa pun bisa menjadi lebih memahami kearifan lokal yang
menjadi bagian dari budaya bangsa.
4) Pendidikan
multikultural membantu siswa untuk mengakui ketepatan dari pandangan-pandangan
budaya yang beragam, membantu siswa dalam mengembangkan kebanggaan terhadap
warisan budaya mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi
penyebab konflik antar kelompok masyarakat (Savage & Armstrong, 1996).
5) Pendidikan
multikultural diselenggarakan dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam
memandang kehidupan dari berbagai perspektif budaya yang berbeda dengan budaya
mereka miliki dan bersikap positif terhadap perbedaan budaya, ras dan etnis.
(Farris & Cooper, 1994)
6) Dapat
membimbing, membentuk dan menkondisikan siswa agar memiliki mental atau
karakteristik terbiasa hidup ditengah-tengah perbedaan yang sangat kompleks,
baik perbedaan ideologi, sosial, ekonomi dan perbedaan agama.
Manfaat
pendidikan multikulturalisme bagi seluruh peserta didik :
1) Memberi
pendidikan kepada peserta didik bahwa suatu perbedaan itu adalah wajar.
2) Menghormati
perbedaan etnik, budaya, agama yang menjadikan kekayaan budaya bangsa.
3) Persamaan
dan keadilan dalam perlakuan tanpa membedakan suku, agama, etnis dan kelompok
sosial.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Multikulturalisme
adalah konsep dimana sebuah komunitas dalam konteks kebangsaan dapat mengakui
keberagaman. Perbedaan dan kemajemukan budaya, baik ras, suku, etnis maupun
agama. Multikulturalisme merupakan sebuah konsep yang memberikan pemahaman
bahwa sebuah bangsa plural dan majemuk adalah bangsa yang dipenuhi dengan budaya-budaya
yang beragam (multikultural). Dan bangsa yang multikultural adalah bangsa yang
kelompok-kelompok etnik atau budaya yang ada dapat hidup berdampingan secara
damai yang ditandai oleh kesediaan masing-masing kelompok untuk menghormati dan
menghargai budaya lain.
Konsep
pendidikan multikulturalisme harus berusaha memfasilitasi proses pembelajaran
yang menghargai keragaman etnis dan perbedaan, persamaan hak, toleransi dan
sikap terbuka. Mengembangkan kompetensi untuk mampu mandiri dan mengatur jati
diri sendiri tanpa campur tangan pihak lain, bebas dari ancaman dan paksaan.
B.
Saran
Saran saya pendidikan
multikulturalisme sangat berperan penting
dalam kehidupan bernegara. Multikulturalisme merupakan pemahaman untuk
mengakui keberagaman budaya. Agar konsep multikulturalisme dapat berkembang dan
disadari sebagai suatu perekat antar budaya perlu dilatih dan di didik pada
generasi penerus melalui proses pendidikan pada Satuan Pendidikan baik pada
tingkatan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas.
Sehingga pendidikan multikulturalisme dapat berjalan dengan sendirinya sebagai
suatu kegiatan yang sistematis dan terarah kepada terbentuknya kepribadian
peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar