Nilai merupakan
kebutuhan manusia dalam mengatur pergaulan hidup agar tentram dan tertib.
Pengalaman manusia pada saat mengadakan proses interaksi sosial merupakan hasil
dari nilai. Suatu pengalaman yang baik akan menghasilkan nilai yang baik
(positif). Sebaliknya, pengalaman yang buruk akan m[1]enghasilkan
nilai yang buruk (negatif) pula. Oleh karena itu, nilai negatif selalu
dihindari.
C. Kluckhon
dalam bukunya Culture and Behaviour menyatakan bahwa yang dimaksudkan dengan
nilai bukanlah keinginan, tetapi apa yang diinginkan. Artinya, nilai itu bukan
hanya diharapkan tetapi diusahakan sebagai suatu yang pantas dan benar bagi
diri sendiri dan orang lain. Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengatasi kemauan
pada saat dan situasi tertentu itulah yang dimaksud dengan nilai. Nilai erat
hubungannya dengan kebudayaan dan masyarakat. Setiap masyarakat atau kebudayaan
memiliki nilai-nilai tertentu mengenai sesuatu. Kebudayaan dan masyarakat itu
sendiri merupakan nilai yang tidak terhingga bagi orang yang memilikinya.
Beberpa ahli
sosiologi mendefenisikan nilai sebagai berikut.
a.
Vijai Sathe (1985)
mengatakan bahwa nilai adalah asumsi dasar mengenai apa yang ideal diinginkan
atau berharga.
b.
Pernadi Purbacaraka dan
Soerjono Soekanto (2006) mengemukakan bahwa nilai adalah sesuatu yang
diinginkan (positif) atau sesuatu yang tidak diinginkan (negatif).
c.
Robert M.Z Lawang
(2001) menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, yang
pantas, berharga dan dapat memengaruhi prilaku sosial dari orang yang bernilai
tersebut.
d.
Jalaludin Rachmat
(1991) menyatakan nilai adalah ukuran untuk menentukan makna, keutamaan, harga
atau keabsahan sesuatu.
Dari beberapa defenisi tersebut
diketahui bahwa nilai adalah asmusi dasar dari yang diinginkan dan dapat
memengaruhi prilaku sosial serta menjadi ukuran dalam menentukan harga dan
keabsahan sesuatu. Asumsi dasar merupakan petunjuk yang harus dipatuhi anggota
masyarakat atau organisasi menyangkut prilaku nyata.
Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan
apabila nilai yang dianggap bersifat positif, dalam arti menguntungkan atau
menyenangkan dan memudahkan pihak yang memperoleh untuk memenuhi kepentingan
yang berkaitan dengan nilai tersebut. Sebaliknya, nilai merupakan sesuatu yang
tidak diinginkan apabila nilai tersebut dianggap besifat negatif, dalam arti
merugikan dan menyulitkan sehingga nilai tersebut dijauhi.
[1] Moh Pabundu Tika, Amin, Andi Sopandi, Mita Widyastuti. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar