Selasa, 27 Desember 2016

Ilmu dalam Peradaban-Peradaban Lain

Ilmu dalam Peradaban-Peradaban Lain
China dan Jepang
Cina memunculkan tantangan yang lebih besar kepada sejarahwan ilmu Eropa. Basis pengetahuan umumnya ialah keduniaan ini, meskipun lebih didasarkan pada harmoni antara pribadi ketimbang keteraturan-keteraturan abstrak. Meskipun keduanya berjauhan dan bahasannya berbeda total, terdapat kontak yang berkesinambungan antara Eropa dan China sejak zaman Yunani Kuno. Umumnya hubungan keduanya bersifat tak langsung dan terbatas pada perdagangan barang-barang antik, namun bahkan pada zaman kuno sudah terdapat sinkronisme dalam gerakan-gerakan filosofis di Eropa dan Cina, abad ke-13 terjadi kontak personal yang penting, yakni melalui Marcopolo, satu-satunya contoh yang sangat mashyur. Hingga zaman Renaissans teknologi Cina lebih maju dari Eropa. Dalam karyanya yang monumental, sejarahwan ilmu Inggris, Joseph Needham, telah menunjukkan pola-pola penyampaian serangkaiam penemuan-penemuan penting dari Cina bagian barat. Sebenarnya, ketiga penemuan besar, yang diperlihatkan oleh para penulis abad ke-16 dan belakangan oleh Francis Bacon, sebagai hal yang penting bagi transformasi masyarakat Eropa semuanya berasal dari Cina: kompas magnetis, serbuk mesiu dan mesin cetak.
Namun Eropa tak pernah menyadari hutang budinya kepada cina sementara itu, yang lebih penting bangsa Cina tak pernah mencapai perkembangan hingga menjadi ilmu modern dalam jenis yang dicapai bangsa Eropa.
Akhirnya terdapat kasus Jepang yang mempesona. Selama beberapa abad Jepamg merupakan jajahan kultural cina. Jepang mengalami penyimpakan singkat dalam ilmu dan agama barat sebelum para penguasanya di penghujung abad ke-17 memutuskam untuk menutup pintu pada pengaruh-pengaruh yang dianggap membahayakan. Di penghujung abad ke-19, bangsa jepang memutuskan berasimilasi dengan dunia luar dan kemudian melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Agama asli jepang cukup samar-samar sehingga mampu mengakomodasi setiap pernyataan ilmu barat. Para ilmuwan jepang, para teknisi dan orang-orang awam masa kini memutuskan ubtuj menjalani hidup dalam dua sisi sebagian dalam dunia yang hiper-modern dan sebagian lagi masih dalam salah satu tradisi sosial kuno yang ketat.[1]



[1] Raverts R. Jerome. 2009. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar