KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang
telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan semaksimal mungkin serta shalawat dan salam semoga tercurah
kepada nabi Muhammad SAW. Makalah ini di buat sebagai panduan bagi mahasiswa
dan untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh dosen. Makalah ini di buat dengan
tujuan agar mahasiswa dapat mengerti tentang Peristiwa Perubahan Kebudayaan
yaitu cultural lag, cultural, survival, cultural conflict dan cultural shock.
Dengan ini penulis banyak
menghaturkan terima kasih atas segala bantuan baik moril maupun materil kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga penulisan makalah ini dapat
terselesaikan.
Akhirnya dengan segala kerendahan
hati, semoga segala kekurangan serta kesalahan yang melekat pada penulisan
makalah ini, penulis dapat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan
makalah ini. Dan penulis berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat
seluas- luasnya bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Serang,
Desember 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Setiap masyarakat
dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-perubahan. Berdasarkan sifatnya,
perubahan terjadi bukan hanya menuju kearah maju namun juga dapat menuju kearah
kemunduran. Perubahan yang terjadi sudah ada sejak zaman dahulu, ada kalanya
perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung dengan pesat. Masyarakat dan
kebudayaan manusia dimana pun selalu berada dalam keadaan berubah. Pada
masyarakat yang berkebudayaan primitif yang hidup terisolasi jauh dari berbagai
jalur hubungan dengan masyarakat lain diluar dunianya sendiri, perubahan yang
terjadi dalam keadaan lambat. Perubahan yang terjadi dalam mayarakat
berkebudayaan primitif tersebut biasanya telah terjadi karena adanya
sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan itu sendiri,
yaitu karena perubahan dalam hal jumlah dan komposisi penduduknya dan karena
perunabahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah-masalah
yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan perubahan kebudayaan?
2. Bagaimana
cara penyesuaian diri antar budaya?
3. Faktor
apa saja yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan?
4. Apa
sajakah jenis-jenis peristiwa kebudayaan?
1.3
Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini diantaranya:
1. Untuk
memenuhi tugas Antropologi
2. Untuk
mengetahui apa itu perubahan kebudayaan
3. Untuk
mengetahui bagaimana cara penyesuaian diri antar budaya
4. Untuk
mengetahui faktor apa saja penyebab adanya perubahan kebudayaan tersebut
5. Untuk
mengetahui jenis apa saja kah yang ada dalam peristiwa kebudayaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perubahan
Kebudayaan dan Penyesuaian Diri Antar Budaya
Masyarakat dan
kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan
kebudayaan primitif yang terisolir jauh dari berbagai perhubungan dengan
masyarakat yang lainnya. Perubahan ini, selain karena jumlah penduduk dan
komposisinya, juga karena adanya difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru,
khususnya teknologi dan inovasi.
Perubahan sosial dan perubahan budaya berbeda. Dalam perubahan
sosial terjadi perubahan struktur sosial dan pola-pola hubungan sosial, antara
lain sistem status, hubungan-hubungan didalam keluarga, sistem politik dan
kekuasaan serta persebaran penduduk. Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan
kebudayaan ialah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama
oleh para warga atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain
aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan,
juga teknologi, selera, rasa keindahan (kesenian), dan bahasa. Walaupun
keduanya berbeda tetapi pembahasan keduanya tak akan mencapai suatu pengertian
yang benar tanpa mengaitkan keduanya.
Salah satu bentuk proses perubahan sosial yang terwujud
didalam masyarakat dengan kebudayaan primitif maupun dengan kebudayaan yang
kompleks (maju) adalah proses imitasi, yang dilakukan oleh generasi muda
terhadap generasi yang lebih tua. Proses ini dilakukan dengan belajar meniru
yang belum tentu sempurna, bahkan tidak sempurna, dari berbagai pola tindakan
generasi orang tua sehingga hasilnya berjalan lambat dan perubahannya baru
terasa apabila sudah mencapai jangka waktu yang panjang.
Sedangkan perubahan
didalam masyarakat yang maju (kompleks) biasanya terwujud melalui proses
penemuan (discovery) dalam bentuk penciptaan baru (invention) dan melalui
proses difusi.
Jadi, discovery merupakan jenis penemuan baru yang mengubah
persepsi mengenai hakikat suatu gejala mengenai hubungan dua gejala atau lebih.
Invention adalah suatu pembuatan bentuk baru yang berupa benda (pengetahuan)
yang dilakukain melalui proses penciptaan dan didasarkan atas pengombinasian
pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda dan gejala.
Proses penerimaan perubahan berbagai faktor yang mempengaruhi
diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru diantaranya:
1) Terbiasanya
masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan
orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2) Jika
pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan
oleh nilai agama, dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang
ada, maka penerimaan unsur baru itu mengalami kelambatan dan harus disensor
dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku.
3) Corak
struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan
baru. Misalnya sistem ottoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4) Suatu
unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang
menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5) Apabila
unsur yang baru memiliki skala kegiatan yang terbatas dan dapat dengan mudah
dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
B. Faktor-faktor
Terjadinya Perubahan
Faktor
yang Berasal dari Luar Masyarakat
1.
Akulturasi (cultural
contact) berarti suatu kebudayaan tertentu yang dihadapkan dengan unsur-unsur
kebudayaan asing yang sedemikian rupasehingga lambat laun unsur-unsur
kebudayaan asing tersebut melebur atau menyatu kedalam kebudayaan sendiri,
tetapi tidak menyebabkan hilangnya kepribadian.
2.
Difusi ialah penyebaran
unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ketempat lain, sedikit demi sedikit,
hal ini berlangsung berkaitan dengan terjadinya perpindahan atau penyebaran
manusia dari satu tempat ketempat lain.
3.
Penetrasi ialah
masuknya unsur-unsur kebudayaan asing secara paksa, sehingga merusak kebudayaan
bangsa yang didatangi penetrasi tersebut yang dinamakan penetration violent.
4.
Invasi yaitu masuknya
unsur-unsur kebudayaan asing kedalam kebudayaan setempat dengan peperangan
bangsa asing terhadap bangsa lain.
5.
Asimilasi kebalikan
dari penetrasi, asimilasi adalah proses penyesuaian seseorang atau kelompok
orang asing terhadap kebudayaan setempat.
6.
Hibriditasi adalah
perubahan kebudayaan yang disebabkan oleh perkawinan campuran.
7.
Milenarisasi merupakan
salah satu bentuk gerakan kebangkitan, yang berusaha mengangkat golongan masyarakat
bawah yang tertindas dan telah lama menderita dalam kedudukan sosial yang
rendah dan memiliki ideologi subkultural yang baru.
Faktor
yang Berasal dari Dalam Mayarakat
1. Sistem
pendidikan yang maju.
2. Menghargai
karya orang lain.
3. Adanya
keterbukaan didalam masyarakat.
4. Adanya
toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
5. Penduduk
yang heterogen.
C. Jenis
Perubahan Peristiwa-Peristiwa Kebudayaan
1.
Cultural Lag
Cultural lag adalah perbedaan antar
taraf kemajuan bebagai bagian dalam kebudayaan. Artinya tertinggal oleh
kebudayaan, yaitu selang waktu antara saat suatu benda diperkenalkan pertama
kali dan saat benda itu diterima secara umum sampai masyarakat dapat
menyesuaikan diri terhadap benda tersebut.
Juga suatu lagi terjadi
apabila irama perubahan dari dua unsur perubahan ataupun lebih, memiliki
kolerasi yang tidak sebanding sehingga unsur yang satu tertinggal oleh yang
lainnya. Contoh dari cultural lag, terlihat pada penguasaan teknologi komputer.
Teknologi komputer merupakan hasil dari perkembangan teknologi di negara-negara
yang telah memiliki kebudayaan yang maju, penggunaan alat tersebut harus pula
disertai dengan ketersediaan peralatan-peralatan khusus untuk memperbaikinya
apabila rusak, adanya aliran listrik yang mempunyai tegangan tertentu yang
konstan dan lain-lain, jika hal tersebut belum tersedia terjadilah cultural
lag. Faktor penyebab terjadinya cultural lag, yaitu:
1) Kurangnya
kemampuan daya pikir dalam sektor yang harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan sosial
2) Adanya
hambatan-hambatan terhadap perkembangan
3) Heterogenitas
masyarakat, berarti ada beberapa masyarakat yang sudah siap mental untuk
menerima perubahan dan sebaliknya ada sebagian masyarakat yang belum siap
mental untuk menerima perubahan
4) Kurangnya
kontak dengan budaya material masyarakat lain
Ada beberapa akibat
yang ditimbulkan oleh cultural lag yaitu:
1) Kurangnya
inventiveteit dalam sektor yang harus menyesuaikan dengan perkembangan sosial
2) Adanya
hambatan terhadap perkembangan pada umumnya
3) Heterogenitas
masyarakat, adanya golongan masyarakat yang memang sudah siap mental, mereka
berubah dari masyarakat luar. Sebaliknya ada masyarakat yang belum siap
menerima perubahan tersebut
4) Kurangnya
kontak dengan budaya material masyarakat lain
2.
Cultural Survival
Cultural survival bersangkutan dengan
cultural lag karena mengandung pengertian adanya suatu cara tradisional yang
tak mengalami perubahan sejak dahulu sampai sekarang. Cultural survival adalah
suatu konsep lain, artinya yaitu konsep yang dipakai untuk menggambarkan suatu
praktek yang telah kehilangan fungsi pentingnya seratus persen, yang tetap
hidup dan berlaku semata-mata hanya diatas landasan adat istiadat. Pengertian
lag dapat dipergunakan paling sedikit dalam dua arti, yaitu:
1) Suatu
jangka waktu antara terjadinya penemuan baru dan diterimanya penemuan tersebut.
2) Adanya
perubahan dalam pikiran manusia dari alam pikiran tradisional ke alam pikiran
yang modern.
Terjadinya cultural lag
karena adanya hasil ciptaan baru yang
membutuhkan aturan-aturan serta pengertian yang baru yang berlawanan dengan
hukum-hukum serta cara-cara bertindak yang lama, tetapi adapula kelompok yang
memiliki sifat keterbukaan, dan mengharapkan timbulnya perubahan dan
menerimanya dengan mudah tanpa mengalami cultural lag.
3.
Cultural Conflict (Pertentangan
Kebudayaan)
Cultural conflict biasa disebut dengan pertentangan
kebudayaan, pertentangan kebudayaan ini munjul sebagai akibat relatifnya
kebudayaan. Hal ini terjadi akibat konflik langsung antar kebudayaan.
Faktor-faktor yang menimbulkan konflik yaitu keyakinan-keyakinan yang berbeda
sehubungan dengan berbagai masalah aktifitas berbudaya. Konflik ini dapat
terkjadi diantara anggota-anggota kebudayaan yang satu dengan anggota-anggota
kebudayaan yang lainnya.
4.
Cultural Shock
(Guncangan Kebudayaan)
Cultural shock juga disebut dengan
guncangan kebudayaan, istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Kalervo Oberg
pada tahun 1958 menyatakan bahwa sebagai suatu penyakit jabatan dari
orang-orang yang tiba-tiba dipindahkan kedalam suatu kebudayaan yang berbeda
dari kebudayaannya sendiri, semacam penyakit mental yang tidak disadari oleh
korbannya. Hal ini diakibatkan oleh kecemasan karena kehilangan atau tak
melihat lagi semua tanda dan lambang pergaulan sosial yang sudah dikenalnya
dengan baik.
Ada empat tahap yang
membentuk siklus culture shock, yaitu:
1) Tahap
inkubasi; atau tahap bulan madu, sebagai suatu pengalaman baru yang menarik.
2) Tahap
kritis; ditandai dengan suatu perasaan dendam, pada saat inilah terjadi korban.
3) Tahap
kesembuhan; korban dapat melampaui tahap kedua, dengan cara berdamai.
4) Tahap
penyesuaian diri; membanggakan sesuatu yang dilihatnya dan dirasakannya dalam
kondisi yang baru, rasa cemas dalam dirinya sudah berlalu.
Penyasuaian diri antar budaya dipengaruhi oleh berbagai
faktor, diantaranya faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern
menurut Brislin, ialah faktor watak (traits) dan kecakapan (skill). Watak
adalah segala tabiat yang membentuk kepribadian seseorang, yang dalam
sehari-hari biasanya emosional, pemberani, bertanggung jawab, senang bergaul
dan lain-lain. Orang yang memiliki watak senang bergaul biasanya lebih mudah
menyesuaikan diri dilingkungan masyarakat. Kecakapan atau skill menyangkut
segala sesuatu yang dapat dipelajari mengenai lingkungan budaya yang akan
dimasuki seperti bahasa, adat istiadat, tatakrama, keadaan geogarafi, keadaan
ekonomi, situasi politik dan sebagainya. Selain faktor watak dan kecakapan ada
juga faktor sikap atau attitude seseorang berpengaruh terhadap penyesuaian diri
antar budaya. Menurut Allport, sikap adalah kesiagaan mental atau saraf yang
terbina melalui pengalaman yang memberikan pengarahan dan pengaruh terhadap
bagaimana seseorang menanggapi segala macam objek atau situasi yang
dihadapinya. Contoh-contoh sikap: terus terang, orang yang bersikap terus
terang dan terbuka atau berprasangka baik akan lebih berhasil dalam
menyesuaikan diri.
Faktor ekstern yang berpengaruh
terhadap penyesuaian diri antar budaya:
1) Besar-kecilnya
perbedaan antara kebudayaan tempat asalnya dengan kebudayaan lingkungan yang
dimasukinya.
2) Pekerjaan
yang dilakukannya, yaitu apakah pekerjaan yang dilakukan itu dapat ditolerir
dengan latar belakang pendidikannya atau pekerjaan sebelumnya.
Suasana
lingkungan tempatnya bekerja. Suasana lingkungan yang terbuka akan mempermudah seseorang
untuk menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan suasana lingkungan yang
tertutup.
BAB III
PENUTUP
2.1
Kesimpulan
Setiap bangsa dimanapun berada memiliki
kebudayaan, kebudayaan dimanapun itu selalu dalam keadaan berubah, sekalipun
masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolir jauh dari berbagai
perhubungan dengan masyarakat yang lainnya. Perubahan ini, selain karena jumlah
penduduk dan komposisinya, juga karena adanya difusi kebudayaan,
penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi. Faktor yang
menyebabkan terjadinya perubahan tersebut ada faktor yang berasal dari dalam
dan faktor yang berasal dari luar masyarakat. Selain faktor-faktor adapula
jenis-jenis perubahan peristiwa-peristiwa kebudayaan seperti Cultural Lag,
Cultural
Survival, Cultural Conflict (Pertentangan Kebudayaan), Cultural Shock
(Guncangan Kebudayaan).
DAFTAR PUSTAKA
Munandar
Sulaeman. 2012. Ilmu Budaya Dasar.
Bandung : PT Refika Aditama
Elly M. Setiadi.
2007. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar.
Jakarta : Kencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar